Kepolisian Indonesia sepertinya tidak mau ketinggalan dengan
kepolisian negara lain dalam hal armada patroli. Kepolisian Indonesia
juga mendesain Lamborghini Gallardo sebagai mobil patroli, layaknya
penegak disiplin di negeri kaya minyak Dubai.
Tidak hanya Lamborghini, ada juga supercar Lotus dan Jeep Rubicon
juga ikut menjadi mobil yang berdesain armada patroli kepolisian
Indonesia. Namun sayangnya mobil-mobil mewah ini bukan sebagai armada
resmi tapi hanya sebagai objek dalam ajang lomba fotografi di kawasan
Kota Tua, Jakarta.
Lomba yang digelar dalam rangka menyambut HUT ke-67 Bhayangkara pada 1
Juli 2013 mendatang. Polres Jakarta utara bekerjasama dengan Masyarakat
itu memamerkan mobil sport mewah seperti halnya yang dilakukan
kepolisian Dubai.
Lotus Kepolisian Indonesia
Meskipun Kepolisian Indonesia sangat menginginkan armada patroli
mobil-mobil sport, namun sayangnya lalu-lintas dan anggaran negara belum
bisa untuk mewujudkan hal tersebut.
(kpl/rd)Sumber: Otosia.com
Ikuti Teknologi Solusi Masalah Sendiri
Sabtu, 29 Juni 2013
SUV Dengan Interior Semewah Hotel Bintang 5
Dalam modifikasi suatu kendaraan memang harus disesuaikan dengan
karakter serta jiwa dari sang pemilik kendaraan. Seperti pada karya seni
modifikasi berikut yang mampu hadirkan kemewahan super layaknya sebuah
hotel bintang 5.
Land Rover Defender - Interior
Untuk menjadikan interior mobil jadi yang termewah, modifikator asal UK yaitu Carisma Auto tampaknya selalu menjadi yang terbaik saat ini. Melalui web resminya, ia baru saja pamerkan karya terbarunya pada SUV Land Rover Defender.
Meski model eksterior Land Rover Defender ini masih mengusung konsep Jeep petualang klasik, interiornya melebih dari kemewahan Rolls Royce. Dijamin penumpang di dalam mobil akan betah berlama-lama di dalam SUV ini.
Land Rover Defender - Interior
Interior yang mencerminkan nuansa sang petualang sejati telah dirombak total dan tak tersisa sedikitpun. Untuk kemewahan tingkat super, Carisma membalut seluruh bagian interior dengan bahan kulit berkualitas nomor satu dan dirajut manual dengan tangan.
Land Rover Defender - Interior
"Land Rover Defender ini kami buat untuk menjadi 'The Ultimate Luxury Vehicle' yang masih memiliki kemampuan off-road. Tapi selain itu juga sanggup diubah menjadi kendaraan lapis baja pula," kata salah seorang di perusahaan modifikasi Carisma Auto ini.
Land Rover Defender - Interior
Untuk mempercantik interior ini pemilik mobil bisa meminta kombinasi sesuai selera. Pemilihan kulit, jenis karpet dan panel kayu bisa dikombinasikan dengan penambahan perangkat gadget baik dengan OS Windows, Android maupun dari Apple.
Land Rover Defender - Interior
Semua sistem hiburan akan terkoneksi via Wifi dan Bluetooth termasuk sistem audio dari Bang & Olufsen. So, guys siap ikut memodifikasi interior mobil menjadi semewah hotel bintang 5 ala Land Rover Defender ini?
(kpl/vin)Sumber: Otosia.com
Land Rover Defender - Interior
Untuk menjadikan interior mobil jadi yang termewah, modifikator asal UK yaitu Carisma Auto tampaknya selalu menjadi yang terbaik saat ini. Melalui web resminya, ia baru saja pamerkan karya terbarunya pada SUV Land Rover Defender.
Meski model eksterior Land Rover Defender ini masih mengusung konsep Jeep petualang klasik, interiornya melebih dari kemewahan Rolls Royce. Dijamin penumpang di dalam mobil akan betah berlama-lama di dalam SUV ini.
Land Rover Defender - Interior
Interior yang mencerminkan nuansa sang petualang sejati telah dirombak total dan tak tersisa sedikitpun. Untuk kemewahan tingkat super, Carisma membalut seluruh bagian interior dengan bahan kulit berkualitas nomor satu dan dirajut manual dengan tangan.
Land Rover Defender - Interior
"Land Rover Defender ini kami buat untuk menjadi 'The Ultimate Luxury Vehicle' yang masih memiliki kemampuan off-road. Tapi selain itu juga sanggup diubah menjadi kendaraan lapis baja pula," kata salah seorang di perusahaan modifikasi Carisma Auto ini.
Land Rover Defender - Interior
Untuk mempercantik interior ini pemilik mobil bisa meminta kombinasi sesuai selera. Pemilihan kulit, jenis karpet dan panel kayu bisa dikombinasikan dengan penambahan perangkat gadget baik dengan OS Windows, Android maupun dari Apple.
Land Rover Defender - Interior
Semua sistem hiburan akan terkoneksi via Wifi dan Bluetooth termasuk sistem audio dari Bang & Olufsen. So, guys siap ikut memodifikasi interior mobil menjadi semewah hotel bintang 5 ala Land Rover Defender ini?
(kpl/vin)Sumber: Otosia.com
Sabtu, 22 Juni 2013
Android Menyerupai Manusia Tampil di Konferensi Futuristis
Oleh Tanya Lewis, staf penulis Live Science
NEW YORK - Robot yang sangat mirip dengan manusia melakukan penampilan publik pertamanya pada 15 Juni di Global Futures 2045 International Congress, konferensi futuristis yang berfokus pada teknologi.
Ilmuwan robot Jepang
Hiroshi Ishiguro, pimpinan Intelligent Robotics Laboratory di Osaka
University, Jepang menggambarkan hasil karya itu sebagai android yang
hidup. Namun di sana ada dua Hiroshi Ishiguro, yang hidup dan bernapas,
dan yang satu lagu berupa robot. Penampilan si robot manusia itu sangat
mengejutkuan — bahkan robot itu mampu melakukan gerakan terkecil serta
mengedipkan mata.
Selama beberapa tahun Ishiguro telah mengembangkan sejumlah robot yang mengagumkan. Yang dipamerkan di sana adalah “Geminoid,” sebuah android yang menyerupai manusia sungguhan yang dikendalikan dari jarak jauh oleh rekannya di belakang panggung. Ishiguro bergurau bahwa ia bisa menggunakan Geminoid untuk menggantikannya mengajar. Orang-orang dapat menganggap android itu sebagai dirinya sendiri, kata Ishiguro.
Ishiguro juga telah mengembangkan Geminoid lain, yang satu ini adalah android wanita yang bergaya, yang telah ia pamerkan di berbagai etalase toko pakaian. Robot itu sangat populer, membuat pakaian yang digunakan robot tersebut laku terjual dalam waktu relatif cepat, kata Ishiguro.
Ishiguro juga membawa robot-robotnya berjalan-jalan sebagai bagian dari “teater android” yang berakting dengan ekspresi menyerupai manusia sungguhan. Teater Ishiguro bahkan pernah dipentaskan di sebuah gereja, membuat para penonton menyamakan sebuah robot perempuan sebagai seorang martir. Setelah menyadari bahwa robot-robotnya terlalu sempurna — “lebih manusia dibandingkan manusia,” seperti yang ia buat — Ishiguro mulai membuat robot yang sedikit tidak sempurna. (Contohnya, robot penggantinya yang tampak datar dan sedikit cemberut).
Ilmuwan robot tersebut juga membuat “Telenoid,” sebuah robot yang menyerupai bantal yang didesain untuk tidak termakan waktu (tidak tua) dan tidak memiliki jenis kelamin, sehingga orang-orang bisa membayangkan wajah lain pada penampilan datar Telenoid-nya. Ishiguro telah menguji Telenoid itu pada orang usia lanjut di Denmark, dan mereka memberikan sambutan baik, katanya.
Temuan lain Ishiguro adalah “Elfoid”, versi Telenoid yang lebih kecil yang berfungsi sebagai ponsel. Kini, semua orang berbicara kepada smartphone “kotak hitam kecil” mereka, kata Ishiguro, dia ingin “menghidupkan dan memanusiakan perangkat itu.”
Secara keseluruhan, usaha Ishiguro adalah mendobrak batasan yang ia sebut sebagai “trans humanity,” yang menghilangkan batasan antara manusia dan teknologi. Lagi pula, “Apa itu manusia?” katanya.
Di akhir perbincangan Ishiguro, robot yang menyerupai dirinya mengatakan bahwa lain kali ia (robot itu) akan memberikan presentasi yang lebih baik dibandingkan Ishiguro sungguhan.
NEW YORK - Robot yang sangat mirip dengan manusia melakukan penampilan publik pertamanya pada 15 Juni di Global Futures 2045 International Congress, konferensi futuristis yang berfokus pada teknologi.
LiveScience.com/Tanya Lewis - Roboticist Hiroshi Ishiguro of Osaka University (left) demos his "Geminoid" android lookalike (right) at the Global Futures 2045 International Congress in New York. |
Selama beberapa tahun Ishiguro telah mengembangkan sejumlah robot yang mengagumkan. Yang dipamerkan di sana adalah “Geminoid,” sebuah android yang menyerupai manusia sungguhan yang dikendalikan dari jarak jauh oleh rekannya di belakang panggung. Ishiguro bergurau bahwa ia bisa menggunakan Geminoid untuk menggantikannya mengajar. Orang-orang dapat menganggap android itu sebagai dirinya sendiri, kata Ishiguro.
Ishiguro juga telah mengembangkan Geminoid lain, yang satu ini adalah android wanita yang bergaya, yang telah ia pamerkan di berbagai etalase toko pakaian. Robot itu sangat populer, membuat pakaian yang digunakan robot tersebut laku terjual dalam waktu relatif cepat, kata Ishiguro.
Ishiguro juga membawa robot-robotnya berjalan-jalan sebagai bagian dari “teater android” yang berakting dengan ekspresi menyerupai manusia sungguhan. Teater Ishiguro bahkan pernah dipentaskan di sebuah gereja, membuat para penonton menyamakan sebuah robot perempuan sebagai seorang martir. Setelah menyadari bahwa robot-robotnya terlalu sempurna — “lebih manusia dibandingkan manusia,” seperti yang ia buat — Ishiguro mulai membuat robot yang sedikit tidak sempurna. (Contohnya, robot penggantinya yang tampak datar dan sedikit cemberut).
Ilmuwan robot tersebut juga membuat “Telenoid,” sebuah robot yang menyerupai bantal yang didesain untuk tidak termakan waktu (tidak tua) dan tidak memiliki jenis kelamin, sehingga orang-orang bisa membayangkan wajah lain pada penampilan datar Telenoid-nya. Ishiguro telah menguji Telenoid itu pada orang usia lanjut di Denmark, dan mereka memberikan sambutan baik, katanya.
Temuan lain Ishiguro adalah “Elfoid”, versi Telenoid yang lebih kecil yang berfungsi sebagai ponsel. Kini, semua orang berbicara kepada smartphone “kotak hitam kecil” mereka, kata Ishiguro, dia ingin “menghidupkan dan memanusiakan perangkat itu.”
Secara keseluruhan, usaha Ishiguro adalah mendobrak batasan yang ia sebut sebagai “trans humanity,” yang menghilangkan batasan antara manusia dan teknologi. Lagi pula, “Apa itu manusia?” katanya.
Di akhir perbincangan Ishiguro, robot yang menyerupai dirinya mengatakan bahwa lain kali ia (robot itu) akan memberikan presentasi yang lebih baik dibandingkan Ishiguro sungguhan.
Empat Kendala Menciptakan Otak Digital
Oleh Megan Gannon, Editor Berita | LiveScience.com
NEW YORK – Sebelum para insinyur bisa membuat mesin sungguhan yang mampu meniru pikiran manusia, para ilmuwan masih membutukan waktu yang lama untuk membuat tiruan 100 miliar neuron otak dan 100 kuadriliun hubungan antarneuron tersebut.
Di Eropa, ilmuwan neurologi Henry Markram dan timnya membuat proyek ambisius yang kontroversial yang disebut Human Brain Project yang sejak awal mencoba membuat sebuah otak visual. Sebelumnya pada tahun ini, Presiden AS Barack Obama mengumumkan bahwa jutaan dolar akan dikucurkan dalam usaha untuk memetakan aktivitas otak melalui Brain Research through Advancing Innovative Neurotechnologies, atau BRAIN.
Jumat malam (31 Mei), sebuah panel yang terdiri dari para ahli di World Science Festival di New York menguraikan tantangan yang mereka hadapi seperti mengatasi kendala sains dan teknologi.
Berikut adalah empat kesulitan yang dihadapi untuk membuat otak digital, yang dibahas dalam sesi bertajuk "Architects of the Mind: A Blueprint for the Human Brain" itu.
Otak bukanlah komputerMungkin para ilmuwan akan membuat komputer seperti otak manusia, namun otak tidak bekerja layaknya komputer. Manusia memiliki kecenderungan membandingkan otak dengan teknologi mutakhir saat ini, kata ahli perkembangan neurobiologi, Douglas Fields dari National Institute of Child Health and Human Development. Saat ini, analogi terbaik itu adalah komputer, “Merupakan hal yang jelas bahwa otak tidak bekerja seperti alat itu sama sekali,” tambah Fields.
Otak sebagian berkomunikasi melalui impuls elektrik. Meski demikian otak adalah organ biologis yang terbuat dari jutaan sel, sedangkan sel pada dasarnya hanya “sekantung air laut,” kata Fields. Otak tidak memiliki kabel, tidak memiliki kode digital, dan tidak memiliki program. Bahkan bila ilmuwan menggunakan analogi kode komputer, mereka tidak akan mengetahui bahasa apa yang digunakan otak.
Para ilmuwan membutuhkan teknologi yang lebih baikKristen Harris, seorang ilmuwan neurologi di University of Texas di Austin juga menentang analogi komputer tersebut, dengan mengatakan bahwa para ilmuwan cenderung berpikir bahwa satu sel otak memiliki kemampuan yang setara dengan kemampuan sebuah laptop. Itu merupakan salah satu cara untuk menggambarkan kerumitan proses kerja setiap selnya.
Para ilmuwan mampu melihat hubungan antara neuron tunggal secara mendetail, namun melalui proses yang sangat rumit. Mereka harus memotong jaringan neural terlebih dahulu, memindai ratusan potongan jaringan tersebut dengan menggunakan mikroskop elektron, lalu menempatkan potongan-potongan tersebut ke komputer untuk menjalani rekonstruksi, jelas Murray Shanahan, profesor robotik kognitif di Imperial College London.
Butuh waktu yang cukup panjang untuk melakukan hal serupa meski menggunakan teknologi yang ada saat ini. Dan untuk mendapatkan pernyataan rata-rata, para ilmuwan harus membandingkan kuadriliunan hubungan tersebut pada beberapa otak yang berbeda.
“Tantangan terbesarnya adalah memberikan para ilmuwan alat yang dapat melakukan analisis yang lebih cepat,” kata Harris. Ia menambahkan, ahli fisika dan para insinyur mungkin mampu membantu para ilmuwan untuk mengukur hal tersebut, dan ia berharap wakil BRAIN akan ikut ambil bagian.
Bukan hanya neuron Bahkan jika teknologi terbaru mampu memetakan kuadriliunan hubungan antarneuron dalam otak, para ilmuwan masih harus menguraikan apa maksud dari hubungan-hubungan tersebut terhadap kesadaran dan tingkah laku manusia.
Terlebih lagi, neuron hanya terdiri dari 15 persen dari sel-sel otak, kata Fields. Sel-sel lainnya disebut glia, yang dalam bahasa Yunani berarti “lem”. Telah lama dipercaya bahwa sel-sel tersebut menyediakan dukungan struktural dan nutrisi untuk neuron, namun Fields mengatakan bahwa glia kemungkinan terlibat dengan menjadi latar belakang penting komunikasi pada otak bak secara elektrik maupun secara bersamaan.
Para ilmuwan telah mendeteksi perubahan sel-sel glia pada pasien yang mengidap amyotrophic lateral sclerosis (ALS), epilepsi, dan Parkinson, kata Fields. Sebuah penelitian pada 2011 menemukan ketidaknormalan pada sel-sel glia yang dikenal sebagai astrocytes (sel yang berperan mengirim protein dan mengganti sel otak yang rusak) dalam otak orang-orang yang mengidap depresi dan melakukan bunuh diri.
Fields juga menegaskan bahwa neuron pada otak Albert Einstein tidak begitu hebat, namun sel-sel glianya lebih besar dan lebih rumit dibandingkan yang ditemukan dalam rata-rata otak manusia.
Otak adalah bagian dari tubuh yang lebih besarOtak terus-menerus merespon masukan dari seluruh anggota tubuh. Mempelajari otak secara tertutup malah akan mengabaikan sinyal-sinyal yang masuk ke ke otak, kata Gregory Wheeler, filsuf, pemikir, dan ilmuwan komputer di Carnegie Mellon University.
“Otak berevolusi untuk membuat tubuh dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan,” kata Wheeler. Sebaliknya, dibandingkan meneliti otak secara terpisah, para ilmuwan harus menempatkannya dalam sebuah tubuh — yaitu sebuah robot tubuh.
Wheeler juga telah memiliki contoh robot itu. Ia memperlihatkan sebuah video yang menampilkan Shrewbot, sebuah robot tiruan tikus Etruscan yang diciptakan oleh para peneliti di Bristol Robotics Lab, Inggris. Sinyal-sinyal tersebut berasal dari “kumis” sensitifnya yang memengaruhi gerakan-gerakan.
NEW YORK – Sebelum para insinyur bisa membuat mesin sungguhan yang mampu meniru pikiran manusia, para ilmuwan masih membutukan waktu yang lama untuk membuat tiruan 100 miliar neuron otak dan 100 kuadriliun hubungan antarneuron tersebut.
Di Eropa, ilmuwan neurologi Henry Markram dan timnya membuat proyek ambisius yang kontroversial yang disebut Human Brain Project yang sejak awal mencoba membuat sebuah otak visual. Sebelumnya pada tahun ini, Presiden AS Barack Obama mengumumkan bahwa jutaan dolar akan dikucurkan dalam usaha untuk memetakan aktivitas otak melalui Brain Research through Advancing Innovative Neurotechnologies, atau BRAIN.
Jumat malam (31 Mei), sebuah panel yang terdiri dari para ahli di World Science Festival di New York menguraikan tantangan yang mereka hadapi seperti mengatasi kendala sains dan teknologi.
Berikut adalah empat kesulitan yang dihadapi untuk membuat otak digital, yang dibahas dalam sesi bertajuk "Architects of the Mind: A Blueprint for the Human Brain" itu.
Otak bukanlah komputerMungkin para ilmuwan akan membuat komputer seperti otak manusia, namun otak tidak bekerja layaknya komputer. Manusia memiliki kecenderungan membandingkan otak dengan teknologi mutakhir saat ini, kata ahli perkembangan neurobiologi, Douglas Fields dari National Institute of Child Health and Human Development. Saat ini, analogi terbaik itu adalah komputer, “Merupakan hal yang jelas bahwa otak tidak bekerja seperti alat itu sama sekali,” tambah Fields.
Otak sebagian berkomunikasi melalui impuls elektrik. Meski demikian otak adalah organ biologis yang terbuat dari jutaan sel, sedangkan sel pada dasarnya hanya “sekantung air laut,” kata Fields. Otak tidak memiliki kabel, tidak memiliki kode digital, dan tidak memiliki program. Bahkan bila ilmuwan menggunakan analogi kode komputer, mereka tidak akan mengetahui bahasa apa yang digunakan otak.
Para ilmuwan membutuhkan teknologi yang lebih baikKristen Harris, seorang ilmuwan neurologi di University of Texas di Austin juga menentang analogi komputer tersebut, dengan mengatakan bahwa para ilmuwan cenderung berpikir bahwa satu sel otak memiliki kemampuan yang setara dengan kemampuan sebuah laptop. Itu merupakan salah satu cara untuk menggambarkan kerumitan proses kerja setiap selnya.
Para ilmuwan mampu melihat hubungan antara neuron tunggal secara mendetail, namun melalui proses yang sangat rumit. Mereka harus memotong jaringan neural terlebih dahulu, memindai ratusan potongan jaringan tersebut dengan menggunakan mikroskop elektron, lalu menempatkan potongan-potongan tersebut ke komputer untuk menjalani rekonstruksi, jelas Murray Shanahan, profesor robotik kognitif di Imperial College London.
Butuh waktu yang cukup panjang untuk melakukan hal serupa meski menggunakan teknologi yang ada saat ini. Dan untuk mendapatkan pernyataan rata-rata, para ilmuwan harus membandingkan kuadriliunan hubungan tersebut pada beberapa otak yang berbeda.
“Tantangan terbesarnya adalah memberikan para ilmuwan alat yang dapat melakukan analisis yang lebih cepat,” kata Harris. Ia menambahkan, ahli fisika dan para insinyur mungkin mampu membantu para ilmuwan untuk mengukur hal tersebut, dan ia berharap wakil BRAIN akan ikut ambil bagian.
Bukan hanya neuron Bahkan jika teknologi terbaru mampu memetakan kuadriliunan hubungan antarneuron dalam otak, para ilmuwan masih harus menguraikan apa maksud dari hubungan-hubungan tersebut terhadap kesadaran dan tingkah laku manusia.
Terlebih lagi, neuron hanya terdiri dari 15 persen dari sel-sel otak, kata Fields. Sel-sel lainnya disebut glia, yang dalam bahasa Yunani berarti “lem”. Telah lama dipercaya bahwa sel-sel tersebut menyediakan dukungan struktural dan nutrisi untuk neuron, namun Fields mengatakan bahwa glia kemungkinan terlibat dengan menjadi latar belakang penting komunikasi pada otak bak secara elektrik maupun secara bersamaan.
Para ilmuwan telah mendeteksi perubahan sel-sel glia pada pasien yang mengidap amyotrophic lateral sclerosis (ALS), epilepsi, dan Parkinson, kata Fields. Sebuah penelitian pada 2011 menemukan ketidaknormalan pada sel-sel glia yang dikenal sebagai astrocytes (sel yang berperan mengirim protein dan mengganti sel otak yang rusak) dalam otak orang-orang yang mengidap depresi dan melakukan bunuh diri.
Fields juga menegaskan bahwa neuron pada otak Albert Einstein tidak begitu hebat, namun sel-sel glianya lebih besar dan lebih rumit dibandingkan yang ditemukan dalam rata-rata otak manusia.
Otak adalah bagian dari tubuh yang lebih besarOtak terus-menerus merespon masukan dari seluruh anggota tubuh. Mempelajari otak secara tertutup malah akan mengabaikan sinyal-sinyal yang masuk ke ke otak, kata Gregory Wheeler, filsuf, pemikir, dan ilmuwan komputer di Carnegie Mellon University.
“Otak berevolusi untuk membuat tubuh dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan,” kata Wheeler. Sebaliknya, dibandingkan meneliti otak secara terpisah, para ilmuwan harus menempatkannya dalam sebuah tubuh — yaitu sebuah robot tubuh.
Wheeler juga telah memiliki contoh robot itu. Ia memperlihatkan sebuah video yang menampilkan Shrewbot, sebuah robot tiruan tikus Etruscan yang diciptakan oleh para peneliti di Bristol Robotics Lab, Inggris. Sinyal-sinyal tersebut berasal dari “kumis” sensitifnya yang memengaruhi gerakan-gerakan.
Pengunggahan Pikiran di 2045?
Oleh Tanya Lewis
NEW YORK - Pada 2045, manusia akan mencapai keabadian digital dengan mengunggah pikiran mereka ke komputer atau setidaknya seperti yang dipercaya para pengamat masa depan. Ide itu memunculkan gagasan Global Futures 2045 International Congress, konferensi futuristis yang digelar pada 14-15 Juni.
Konferensi yang digagas miliarder Rusia Dmitry Itskov tersebut memadukan sains gila dan fiksi ilmiah. Konferensi itu menampilkan para pembicara yang memiliki latar belakang yang berbeda, dari tokoh sains seperti Ray Kurzweil, Peter Diamandis, dan Marvin Minsky sampai Swamis dan pemimpin spiritual lainnya.
2045Kurzweil, seorang penemu, pengamat masa depan, dan pemimpin teknis di Google, memprediksi bahwa pada 2045, teknologi akan melampaui kekuatan otak dalam menciptakan hal yang super cerdas, era yang dikenal dengan istilah singularity (era di masa depan saat komputer menjadi lebih cerdas dari manusia). Ilmuwan lainnya juga pernah mengatakan bahwa robot-robot akan mengalahkan manusia pada 2100.
Menurut Moore's law, kemampuan komputer meningkat dua kali lipat setiap dua tahun. Sejumlah teknologi juga mengalami kemajuan yang serupa, dari rangkaian genetik samapai percetakan 3D, kata Kurzweil kepada peserta konferensi. Dia menggambarkan poinnya dengan rangkaian grafis yang memperlihatkan peningkatan beragam teknologi yang tidak terelakkan.
Pada 2045, “Berdasarkan perkiraan konservatif mengenai jumlah penghitungan, Anda harus menirukan otak manusia, kita akan mampu mengembangkan kecerdasan kita miliaran kali,” kata Kurzweil.
Itskov dan orang-orang yang disebut “transhumanist” menganggap singularity yang akan terjadi itu sebagai keabadian digital.
Lebih khusus lagi, mereka yakin bahwa dalam beberapa dekade mendatang manusia akan mampu mengunggah pikiran mereka ke sebuah komputer, melampaui kebutuhan tubuh biologis. Setidaknya untuk saat ini, gagasan itu terdengar seperti fiksi ilmiah. Namun kenyataannya, perekayasaan saraf menjadi langkah besar terhadap pembentukan otak dan pengembangan teknologi untuk mengembalikan atau menggantikan fungsi-fungsi biologisnya.
Otak buatanPencapaian terbesar telah dibuat di bidang tampilan otak-komputer atau BCIs (Brain-Machine Interfaces). Implan koklea, tempat saraf koklea otak yang secara elektronik menstimulasi untuk mengembalikan indera pendengaran seseorang yang sulit mendengar merupakan pencapaian pertama BCI. Banyak kelompok yang kini mengembangkan BCIs untuk mengembalikan keahlian motorik, menyusul kerusakan sistem saraf akibat stroke atau cedera saraf tulang belakang.
José Carmena and Michel Maharbiz, insinyur elektrik di University of California, Berkeley, berupaya mengembangkan keahlian motorik BCIs. Perangkat itu terdiri dari perangkat elektroda seukuran pil yang merekam sinyal saraf dari area motor otak, yang kemudian diurai oleh sebuah komputer dan digunakan untuk mengendalikan kursor komputer atau anggota tubuh buatan (seperti lengan robotik).
Carmena dan Maharbiz mengungkapkan tantangan untuk membuat BCI dapat bekerja secara stabil selama beberapa waktu dan tidak membutuhkan tautan.
Theodore Berger, ahli saraf di University of Southern California di Los Angeles, membuat BCIs ke tahapan yang berikutnya, dengan mengembangkan sebuah memori buatan. Berger berniat mengantikan hippocampus otak, bagian dari otak yang mengubah momori jangka pendek (seperti menekan tombol) dan mengubahnya menjadi sinyal digital.
Sinyal itu langsung menuju komputer untuk kemudian ditransfer secara matematis dan kemudian dikembalikan lagi ke otak, untuk dipatenkan menjadi memori jangka panjang.
Dia telah berhasil menguji perangkat itu pada tikus dan monyet, dan kini diterapkan pada pasien manusia.
Pengunggahan pikiranKonferensi itu menjadi lebih menarik saat Martine Rothblatt, pengacara, penulis, dan wirausahawan, sekaligus CEO perusahaan bioteknologi United Therapeutics Corp. tampil ke podium. Judul perbincangannya pun provokatif, yaitu “The Purpose of Biotechnology is the End of Death.”
Rothblatt memperkenalkan konsep “mindclone” — versi digital dari manusia yang dapat hidup selamanya. Ia menggambarkan bagaimana kloning pikiran dibuat dari “mindfile,” atau tempat penyimpanan kepribadian online kita, yang menurutnya telah dimiliki manusia (contohnya dalam bentuk Facebook).
Mindfile itu akan berjalan di mindware, sejenis perangkat lunak untuk kesadaran. “Perusahaan pertama yang mengembangkan mindware akan memiliki (akses) ribuan Google,” kata Rothblatt.
Namun, apakah mindclone tersebut bisa hidup? Rothblatt yakin bisa. Ia mengutip satu definisi mengenai kehidupan sebagai sebuah pengembangan kode untuk menghindarkan kekacauan. Sejumlah kritikus menepis apa yang Rothblatt sebut sebagai “dualisme Cartesian yang menakutkan,” menegaskan bahwa pikiran harus memiliki wujud biologi. Sebaliknya, ia berpendapat perangkat lunak dan perangkat keras sama baiknya dengan perangkat basah, atau material biologis.
Rothblatt kemudian membahas implikai dari pembuatan mindclone. Keberlanjutan diri menjadi isunya, karena persona tidak akan lagi mendiami tubuh biologis. Selain itu juga ada hak mindclone, yang akan menjadi “kontroversi” di abad ke-21, kata Rothblatt. Bahkan pengembangan mindclone dan penggambaran ulang pasca kematian juga dibahas.
Dunia kuantumBerkaitan dengan pembahasan teknologi otak dan pengunggahan pikiran, banyak yang membahas kealamian kesadaran di jagat raya. Fisikawan Roger Penrose dari University of Oxford dan beberapa pihak menolak interpretasi bahwa otak bukan sekadar komputer.
Penrose menyatakan bahwa kesadaran adalah fenomena kuantum mekanis yang muncul dari keajaiban jagat raya. Mereka yang berasal dari kalangan intelektual seperti Penrose menganggap bahwa mengunggah otak akan membutuhkan komputer kuantum, yang pengembangannya kemungkinan tidak akan terjadi pada 2045.
Namun Itskov berpikir sebaliknya. Presiden Global Future 2045 Congress berusia 32 tahun tersebut bersikeras untuk dapat hidup selamanya.
NEW YORK - Pada 2045, manusia akan mencapai keabadian digital dengan mengunggah pikiran mereka ke komputer atau setidaknya seperti yang dipercaya para pengamat masa depan. Ide itu memunculkan gagasan Global Futures 2045 International Congress, konferensi futuristis yang digelar pada 14-15 Juni.
Konferensi yang digagas miliarder Rusia Dmitry Itskov tersebut memadukan sains gila dan fiksi ilmiah. Konferensi itu menampilkan para pembicara yang memiliki latar belakang yang berbeda, dari tokoh sains seperti Ray Kurzweil, Peter Diamandis, dan Marvin Minsky sampai Swamis dan pemimpin spiritual lainnya.
2045Kurzweil, seorang penemu, pengamat masa depan, dan pemimpin teknis di Google, memprediksi bahwa pada 2045, teknologi akan melampaui kekuatan otak dalam menciptakan hal yang super cerdas, era yang dikenal dengan istilah singularity (era di masa depan saat komputer menjadi lebih cerdas dari manusia). Ilmuwan lainnya juga pernah mengatakan bahwa robot-robot akan mengalahkan manusia pada 2100.
Menurut Moore's law, kemampuan komputer meningkat dua kali lipat setiap dua tahun. Sejumlah teknologi juga mengalami kemajuan yang serupa, dari rangkaian genetik samapai percetakan 3D, kata Kurzweil kepada peserta konferensi. Dia menggambarkan poinnya dengan rangkaian grafis yang memperlihatkan peningkatan beragam teknologi yang tidak terelakkan.
Pada 2045, “Berdasarkan perkiraan konservatif mengenai jumlah penghitungan, Anda harus menirukan otak manusia, kita akan mampu mengembangkan kecerdasan kita miliaran kali,” kata Kurzweil.
Itskov dan orang-orang yang disebut “transhumanist” menganggap singularity yang akan terjadi itu sebagai keabadian digital.
Lebih khusus lagi, mereka yakin bahwa dalam beberapa dekade mendatang manusia akan mampu mengunggah pikiran mereka ke sebuah komputer, melampaui kebutuhan tubuh biologis. Setidaknya untuk saat ini, gagasan itu terdengar seperti fiksi ilmiah. Namun kenyataannya, perekayasaan saraf menjadi langkah besar terhadap pembentukan otak dan pengembangan teknologi untuk mengembalikan atau menggantikan fungsi-fungsi biologisnya.
Otak buatanPencapaian terbesar telah dibuat di bidang tampilan otak-komputer atau BCIs (Brain-Machine Interfaces). Implan koklea, tempat saraf koklea otak yang secara elektronik menstimulasi untuk mengembalikan indera pendengaran seseorang yang sulit mendengar merupakan pencapaian pertama BCI. Banyak kelompok yang kini mengembangkan BCIs untuk mengembalikan keahlian motorik, menyusul kerusakan sistem saraf akibat stroke atau cedera saraf tulang belakang.
José Carmena and Michel Maharbiz, insinyur elektrik di University of California, Berkeley, berupaya mengembangkan keahlian motorik BCIs. Perangkat itu terdiri dari perangkat elektroda seukuran pil yang merekam sinyal saraf dari area motor otak, yang kemudian diurai oleh sebuah komputer dan digunakan untuk mengendalikan kursor komputer atau anggota tubuh buatan (seperti lengan robotik).
Carmena dan Maharbiz mengungkapkan tantangan untuk membuat BCI dapat bekerja secara stabil selama beberapa waktu dan tidak membutuhkan tautan.
Theodore Berger, ahli saraf di University of Southern California di Los Angeles, membuat BCIs ke tahapan yang berikutnya, dengan mengembangkan sebuah memori buatan. Berger berniat mengantikan hippocampus otak, bagian dari otak yang mengubah momori jangka pendek (seperti menekan tombol) dan mengubahnya menjadi sinyal digital.
Sinyal itu langsung menuju komputer untuk kemudian ditransfer secara matematis dan kemudian dikembalikan lagi ke otak, untuk dipatenkan menjadi memori jangka panjang.
Dia telah berhasil menguji perangkat itu pada tikus dan monyet, dan kini diterapkan pada pasien manusia.
Pengunggahan pikiranKonferensi itu menjadi lebih menarik saat Martine Rothblatt, pengacara, penulis, dan wirausahawan, sekaligus CEO perusahaan bioteknologi United Therapeutics Corp. tampil ke podium. Judul perbincangannya pun provokatif, yaitu “The Purpose of Biotechnology is the End of Death.”
Rothblatt memperkenalkan konsep “mindclone” — versi digital dari manusia yang dapat hidup selamanya. Ia menggambarkan bagaimana kloning pikiran dibuat dari “mindfile,” atau tempat penyimpanan kepribadian online kita, yang menurutnya telah dimiliki manusia (contohnya dalam bentuk Facebook).
Mindfile itu akan berjalan di mindware, sejenis perangkat lunak untuk kesadaran. “Perusahaan pertama yang mengembangkan mindware akan memiliki (akses) ribuan Google,” kata Rothblatt.
Namun, apakah mindclone tersebut bisa hidup? Rothblatt yakin bisa. Ia mengutip satu definisi mengenai kehidupan sebagai sebuah pengembangan kode untuk menghindarkan kekacauan. Sejumlah kritikus menepis apa yang Rothblatt sebut sebagai “dualisme Cartesian yang menakutkan,” menegaskan bahwa pikiran harus memiliki wujud biologi. Sebaliknya, ia berpendapat perangkat lunak dan perangkat keras sama baiknya dengan perangkat basah, atau material biologis.
Rothblatt kemudian membahas implikai dari pembuatan mindclone. Keberlanjutan diri menjadi isunya, karena persona tidak akan lagi mendiami tubuh biologis. Selain itu juga ada hak mindclone, yang akan menjadi “kontroversi” di abad ke-21, kata Rothblatt. Bahkan pengembangan mindclone dan penggambaran ulang pasca kematian juga dibahas.
Dunia kuantumBerkaitan dengan pembahasan teknologi otak dan pengunggahan pikiran, banyak yang membahas kealamian kesadaran di jagat raya. Fisikawan Roger Penrose dari University of Oxford dan beberapa pihak menolak interpretasi bahwa otak bukan sekadar komputer.
Penrose menyatakan bahwa kesadaran adalah fenomena kuantum mekanis yang muncul dari keajaiban jagat raya. Mereka yang berasal dari kalangan intelektual seperti Penrose menganggap bahwa mengunggah otak akan membutuhkan komputer kuantum, yang pengembangannya kemungkinan tidak akan terjadi pada 2045.
Namun Itskov berpikir sebaliknya. Presiden Global Future 2045 Congress berusia 32 tahun tersebut bersikeras untuk dapat hidup selamanya.
Langganan:
Postingan (Atom)